Inovasi Pendidikan: Pengertian, Contoh serta Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaannya

Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kita akan menemukan suatu masalah di berbagai bidang, baik yang kecil hingga masalah yang besar, masalah individu ataupun kelompok dan tentunya setiap orang atau kelompok tersebut memiliki cara dan solusi dari masalah yang dihadapi. Seperti halnya menemukan sesuatu baru yang juga merupakan bagian dari solusi atau bisa kita katakan sebagai inovasi.

Pada kesempatan kali ini, kami menuliskan inovasi sebagai solusi dari masalah pendidikan. Seperti yang telah disebutkan di atas, menurut KBBI inovasi adalah penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat). Secara etimologis, inovasi berasal dari bahasa latin yaitu innovation yang artinya pembaruan atau perubahan. Lalu apa arti dari inovasi pendidikan?

Dilansir dari gramedia.com, inovasi pendidikan menurut Ibrahim (1988) adalah inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Oleh karena itu, inovasi pendidikan dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu atau sekelompok orang (masyarakat) dalam bentuk intervensi (penemuan baru) atau penemuan (newly found people) yang digunakan untuk mencapai pendidikan berupa gagasan, objek, dan metode untuk menyelesaikan tujuan atau masalah pendidikan.

Berbicara mengenai inovasi, ada dua istilah yang perlu diketahui yaitu invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru dari hasil kerja manusia, sedangkan discovery merupakan hasil dari suatu penemuan atau penemuan (objek) yang sudah ada sejak lama, namun belum diketahui manusia. Tujuan adanya inovasi sendiri adalah sebagai solusi dan memecahkan masalah.

Bentuk Inovasi Pendidikan dan Contohnya

Kita telah memahami pengertian inovasi pendidikan, selanjutnya mari mengenal bentuk inovasi pendidikan dan contohnya.

Pertama, model top-down atau model inovasi  pendidikan yang dibuat oleh atasan dan ditujukan kepada bawahan. Contohnya lembaga pendidikan yang diberikan inovasi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga atau Iptek. Penerapan inovasi ini dapat dilakukan dengan ajakan, saran, atau bahkan sedikit paksaan.

Kedua, model dari bawah ke atas atau bottom-up yaitu model inovasi pendidikan yang diciptakan dari bawah untuk menjamin dan meningkatkan mutu pendidikan. Inovasi ini tergolong inovasi yang berkesinambungan, mudah berkembang dan tidak mudah berhenti. Contohnya adalah menerapkan inovasi sekolah melalui guru dan siswa agar dapat mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah. Berikut ini beberapa hal yang dapat diterapkan di sekolah untuk mendukung kegiatan belajar.

1. Ice breaking atau yel-yel

Melakukan ice breaking sebelum memulai kegiatan belajar atau menyanyikan yel-yel bersama untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membangun hubungan yang erat antara guru dan siswa, dan siswa dengan siswa.

2. Memanfaatkan teknologi dan media sosial

Teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kreativitas dan meningkatkan kualitas baik siswa maupun guru, agar mampu bersaing di dunia digital seperti sekarang ini. Serta penggunaan media sosial bisa dimanfaatkan sebagai tempat berbagi ilmu dan pengenalan kualitas sekolah kepada masyarakat seperti membuat video pembelajaran yang unik dan menarik.

3. Penghargaan atau reward

Dalam kegiatan belajar, siswa akan merasa senang ketika prestasi mereka dievaluasi dan diakui oleh guru. Maka dari itu, dengan adanya apresiasi mampu mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan mengenalkan kompetisi yang sehat antar siswa untuk meningkatkan kualitas diri mereka.

Faktor Pendukung Inovasi Pendidikan

Untuk mendukung hadirnya inovasi pendidikan, faktor-faktor primer perlu diperhatikan pada penemuan  pendidikan seperti pengajar, anak didik, kurikulum, fasilitas, dan lingkungan masyarakat. Berikut ini penjelasannya.

1. Pengajar atau guru


Pada inovasi pendidikan, sangat penting melibatkan guru untuk mendukung keberhasilan suatu penemuan pendidikan. Karena guru memiliki pengaruh besar dalam proses belajar mengajar. Mereka menjadi  pendidik, menjadi orang tua, menjadi teman, bahkan sebagai motivator di sekolah. Oleh karena itu, tanpa melibatkan guru, maka sangat mungkin mereka akan menolak penemuan atau inovasi yang diperkenalkan.

Hal ini dapat terjadi karena guru bersangkutan menduga penemuan yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang wajib dilaksanakan, namun sebaliknya mereka menduga akan mengganggu kenyamanan dan kelancaran tugas dalam kegiatan belajar.

2. Siswa

Siswa menjadi obyek primer pada pendidikan terutama pada proses belajar mengajar. Oleh karena itu, inovasi belajar dapat berhasil bila peserta didik pula dilibatkan didalamnya.

3. Kurikulum

Kurikulum sekolah merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan pada proses belajar mengajar di sekolah. Kurikulum memegang peranan penting dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum, penemuan pendidikan tidak akan berjalan sinkron dengan tujuan penemuan itu sendiri. Oleh karena itu, inovasi pendidikan hendaknya masih selaras dengan kurikulum pendidikan agar dapat berjalan bersama untuk mencapai kualitas pendidikan yang diinginkan.

5. Sosial masyarakat

Dalam menerapkan inovasi pendidikan, terdapat hal yang tidak secara langsung terlibat di dalamnya, akan tetapi dapat memberikan pengaruh pada pelaksanaannya, yaitu masyarakat. Jika itu diperlukan, menjadi penting untuk melibatkan masayarakat dalam inovasi pendidikan, karena tidak menutup kemungkinan masyarakat akan membantu pelaksanaan penemuan dan pembaruan pendidikan oleh sekolah yang ada di sekitarnya.

Faktor Penghambat Inovasi Pendidikan

Selain adanya beberapa faktor pendukung, beberapa kendala dalam inovasi pendidikan mungkin terjadi. Berikut ini keterbatasan yang mempengaruhi keberhasilan dalam inovasi pendidikan.

• Perkiraan inovasi yang tidak akurat

• Konflik dan motif tidak sehat

• Berbagai faktor pendukung yang lemah menyebabkan belum berkembangnya inovasi yang dihasilkan

• Perbendaharaan (Keuangan)

• Penolakan kelompok tertentu dari hasil inovasi

• Hubungan sosial dan kurangnya publikasi

Selain faktor penghambat inovasi seperti yang telah disebutkan di atas, tidak menutup kemungkinan juga inovasi pendidikan ditolak oleh pelaksana di lapangan atau sekolah. Berikut ini penjelasannya.

• Sekolah atau guru tidak terlibat dalam perencanaan, desain, atau bahkan implementasi inovasi. Pastikan bahwa ide dan inovasi baru tidak dianggap milik guru atau sekolah, dan milik orang lain yang tidak perlu dilaksanakan karena tidak sesuai dengan keinginan dan kondisi sekolah.

• Guru mempertahankan sistem yang ada dan tidak ingin mengubahnya, sistem tersebut digunakan selama bertahun-tahun dan dianggap sesuai dengan ide-ide mereka. 

• Inovasi baru dari pihak lain, terutama Pusat (khususnya Kemendiknas), belum sepenuhnya mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi guru dan siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Munro (1987: 36), yang menyatakan bahwa “kesenjangan antara niat dan praktik guru merupakan hambatan utama bagi keberhasilan program inovatif”.

• Kekuatan dan kekuasaan pusat seperti keinginan dari Kementrian Pendidikan begitu besar sehingga sekolah dan guru ditekan untuk mewujudkan keinginan pusat, yang mungkin belum tentu sesuai dengan keinginan atau keadaan sekolah.

Kesimpulannya adalah inovasi pada perubahan pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus melibatkan seluruh unsur yang terkait didalamnya, misalnya inovator, penyelenggara inovasi seperti pengajar dan peserta didik atau bahkan pemerintah. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak hanya dipengaruhi satu atau dua faktor tersebut, warga dan kelengkapan fasilitas juga memegang peran yang penting. Tentunya kerja sama dan tanggung jawab dari masing-masing yang terlibat juga sangat diperlukan karena menciptakan dan menjalankan penemuan atau inovasi pendidikan bukanlah hal yang mudah. Isu pendidikan sangat kompleks dan perlu memperhatikan banyak hal.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top