Kesehatan merupakan salah satu nikmat besar yang Allah anugerahkan kepada umat manusia. Penting bagi kita untuk menjaga kesehatan, bahkan seringkali kita dengar kalimat “lebih baik mencegah daripada mengobati.” Ini berlaku dalam menjaga kesehatan tubuh. Alangkah lebih baiknya kita mencegah segala sesuatu hal yang sekiranya dapat menurunkan imun kesehatan kita daripada akhirnya kita akan jatuh sakit dan wajib mengobatinya.
Berikut ini kami rangkum cara menjaga kesehatan menurut Rasulullah SAW yang dikutip dari buku Rasulullah Dokterku oleh Ibn Qayyim Al-Jauziyah.
Makan dan minumlah kalian, namun janganlah berlebihan. (OS Al-A’raf: 31)
Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memakan apa yang dapat membantu tubuh, yaitu makanan dan minuman, untuk menggantikan energi yang hilang. Porsi makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak boleh melebihi kebutuhan tubuh agar berfungsi secara wajar. Makan berlebihan merupakan pemborosan yang mendatangkan penyakit dan tidak akan menjaga kesehatan. Demikian juga ketika seseorang makan berlebihan atau tidak mencukupi.
Menjaga kesehatan tergantung pada makan dan minum yang wajar dan pada kemampuan orang dalam menjaga pakaian, tempat tinggal, udara, tidur, bangun, mobilitas, istirahat, buang air, perawatan tubuh, dan lain-lain. Jika aspek-aspek ini terpenuhi sesuai dengan kondisi tubuh, daerah, usia dan kebiasaan, maka seorang akan memilik kesehatan yang baik hingga akhir hayatnya.
Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dan Ibnu Abbas bahwa Rasulullah s.a.w bersabda, “Dua kenikmatan yang sering diabaikan manusia adalah kesehatan dan waktu luang.”
At-Tirmidzi dalam Sunan-nya meriwayatkan bahwa Abdullah bin Mihsan al-Anshari ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang bangun pagi hari dengan kesehatan yang baik, memiliki sandang dan pangan yang cukup pada hari itu, maka seolah-olah seluruh kehidupan dunia ini telah dianugerahkan kepadanya.”
At-Tirmidzi dalam Sunan-nya meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah s.a.w bersabda, “Kenikmatan pertama yang harus dipertanggungjawabkan seorang hamba Allah pada hari kiamat adalah,
‘Bukankah Kami telah menyehatkan tubuhmu dan menghilangkan dahagamu dengan air dingin?’
Inilah sebabnya sebagian kalangan salaf menyatakan bahwa ayat yang berbunyi:
Kemudian sungguh kalian akan dimintai pertanggungjawaban tentang kenikmatan (yang kalian rasakan di dunia ini). (QS. At-Takatsur: 8) mengisyaratkan tentang kesehatan.
Dalam Musnad Imam Ahmad diriwayatkan dari Rasulullah SAW., bahwa beliau pernah berkata kepada Abbas, “Hai Abbas, hai paman Rasulullah SAW! Mintalah sehat wal afiat di dunia dan di akhirat.” Riwayat lain dari Abu Bakar ash-Shiddiq menceritakan: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Mohonlah kepada Allah akidah dan kesehatan, karena tidak ada orang yang diberikan sesuatu selain akidah yang lebih baik daripada kesehatan.”
Rasulullah SAW merangkaikan keselamatan dunia dan akhirat. Kesuksesan seorang hamba tidak dapat sempurna dalam kedua kehidupan itu kecuali dengan menggabungkan akidah dan kesehatan. Akidah dapat menolak siksaan akhirat, sedangkan kesehatan menolak penyakit-penyakit dunia yang dapat menyerang tubuh atau hati.
An-Nasa’i dalam Sunan-nya meriwayatkan bahwa Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Mintalah ampunan, kesejahteraan, dan kesehatan dari Allah, karena tak ada orang yang diberikan sesuatu selain akidah yang lebih baik dibandingkan kesehatan.” Tiga hal yang disebutkan dalam hadits tersebut menghilangkan penyakit masa lalu melalui ampunan, masa kini melalu kesehatan dan masa depan melalui kebebasan dari kesalahan dan siksaan. Sesungguhnya, kata-kata ini bermakna kesehatan yang selalu terjaga.
At-Tirmidzi dalam Sunan-nya meriwayatkan hadits marfu’ : “Tidak ada sesuatu yang lebih disukai oleh Allah bila seorang hamba memintanya, daripada keselamatan.”
Abdul Rahman bin Abu Laila meriwayatkan bahwa Abu Darda berkata, “Wahai Rasulullah, saya lebih suka memperoleh kesehatan lalu saya bersyukur daripada saya mendapat musibah lalu saya bersabar. “Rasulullah SAW bersabda, “Dan Rasulullah sendiri juga menyuka kesehatan sebagaimana engkau.”
Ibnu Abbas ra diberitakan telah meriwayatkan seorang Badu yang datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya, “Apa yang harus aku mohon dari Allah setelah selesai shalat lima waktu?” Rasulullah SAW menjawab, “Mohonlah kepada Allah kesehatan.” Lelaki itu mengulangi pertanyaannya. Setelah tiga kali lelaki itu mengulangi pertanyaannya, Rasulullah SAW berkata, “Mohonlah kepada Allah kesehatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.”
Hal di atas menunjukkan betapa pentingnya kesehatan. Maka kita seharusnya mempelajari petunjuk Rasulullah perihal menjaga kesehatan dan kesejahteraan, karena petunjuk ini merupakan petunjuk paling sempurna. Melalui petunjuk Rasulullah, seseorang mencapai kesehatan tubuh, hati serta kehidupannya baik di dunia maupun di akhirat. Kita minta kepada Allah bagi segala pertolongan dan ketergantungan kita hanya kepada-Nya, tak ada kekuasaan dan kekuatan kecuali dari-Nya.”
Membatasi diri dengan hanya mengonsumsi satu jenis makanan berbahaya bagi sifat alami seseorang. Tubuh dapat mengalami kelemahan dan bahkan kematian jika seseorang hanya mengonsumsi satu jenis makanan. Di samping itu, jika seseorang terbiasa mengonsumsi satu jenis makanan saja, tubuhnya tidak akan menerima jenis makanan lain. Membatasi diet hanya untuk satu jenis makanan, meskipun makanan terbaik, tetap berbahaya.
Rasulullah SAW selalu memakan apa yang biasa dimakan umatnya seperti daging, buah-buahan, roti, kurma dan jenis makanan lain.
Jika satu jenis makanan perlu distabilkan, Nabi SAW akan menggunakan makanan kebalikannya, misalnya menetralkan panasnya kurma matang dengan semangka. Jika beliau tidak menemukan makanan yang dapat menetralisasi efek suatu jenis makanan, beliau memakannya secukupnya tanpa berlebihan.
Jika Rasulullah SAW tidak menyukai suatu makanan, beliau tidak akan memakannya tapi tidak akan memperlihatkan ketidaksukaannya pada makanan tersebut. Ini merupakan aspek besar dalam menjaga kesehatan. Jika orang memakan makanan yang tidak disukainya, makanan itu akan lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya.
Abu Hurairah ra berkata, “Rasululah SAW tidak pernah mencela suatu makanan. Jika beliau suka, beliau memakannya. Jika tidak, beliau tidak akan memakannya.” Ketika beliau SAW disuguhi biawak panggang, beliau tidak memakannya. Beliau ditanya, “Apakah daging ini haram?” Beliau menjawab, “Tidak. Namun makanan ini tidak ada di negeriku maka saya tidak menyukainya.”
Rasulullah SAW biasa memakan makanan yang sudah biasa dan menjadi kesukaannya. Jika beliau ditawari makanan yang tidak biasa dan tidak beliau sukai, beliau menghindarinya. Namun, beliau tidak mencegah orang-orang yang terbiasa dengan makanan itu dan yang menyukainya untuk memakannya.
Rasulullah SAW bisa memakan roti dengan lauk-pauknya. Kadang-kadang beliau memakan roti dengan daging, kadangkala semangka dan adakalanya kurma. Pernah beliau SAW meletakkan kurma pada sepotong roti dan mengatakan bahwa kurma adalah pelengkap bagi roti. Roti gandum bersifat dingin dan kering, sedangkan kurma bersifat panas dan basah. Memakan kedua makanan ini bersama-sama merupakan pengaturan gizi yang sangat bijak, terutama bagi orang-orang yang terbiasa dengan jenis makanan ini, seperti penduduk Madinah. Kadang Rasululah SAW memakan roti dengan cuka sambil berkata, “Cuka adalah lauk yang baik.” Pujian terhadap cuka ini muncul karena cuka merupakan makanan satu-satunya yang tersedia di rumahnya pada waktu itu, bukan karena cuka lebih baik daripada makanan lainnya sebagaimana yang dikira sebagian orang yang tidak tahu. Hadits tersebut menyatakan bahwa Rasululah SAW pernah mendatangi seorang istrinya dan bertanya apakah ia memiliki lauk ketika sang istri menawarkan roti. Ketika istrinya mengatakan hanya punya cuka, beliau berkata, “Cuka adalah lauk yang baik.”
Memakan roti dengan lauk dapat lebih menjaga kesehatan) daripada hanya memakan satu jenis makanan. Karena, ketika lauk ditambahkan pada roti, roti terasa lebih enak dan makanan tersebut membantu menjaga kesehatan.
Rasulullah SAW juga sering memakan buah-buahan musiman di negerinya karena hal ini juga merupakan salah satu cara terbaik untuk menjaga kesehatan. Kebijakan Allah memutuskan bahwa setiap negeri memiliki buah-buahannya sendiri yang cocok dan bermanfaat bagi negeri itu ketika tiba musimnya. Jika banyak mengonsumsi buah-buahan, orang dapat menjaga kesehatan. Buah-buahan dapat berfungsi seperti obat-obatan. Orang yang menghindari memakan buah-buahan di wilayah mereka sendiri hanyalah orang sakit.
Kelembaban yang dikandung buah-buahan merupakan panas yang baik, sesuai dengan musim dan tanahnya. Perut mampu mematangkan buah-buahan dan dapat menolak bahayanya jika tidak memakannya secara berlebihan yang menyebabkan tubuhnya menahan apa yang tidak dapat ditahannya. Orang tidak boleh membusukkan makanan selagi perut sedang mencerna buah-buahan dan tidak meminum air bersamanya. Buah-buahan seharusnya dimakan setelah makanan dalam perut dicerna untuk mencegah sembelit. Jika dikonsumsi dengan cara, waktu dan kondisi yang tepat, buah-buahan dapat berfungsi sebagai obat.