Larik dan Bait Puisi

Puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Karya sastra yang satu ini cukup populer di Indonesia. Puisi seringkali dibuat sebagai ungkapan aspirasi ataupun emosi di dalam diri yang dituangkan dalam bentuk kata-kata, baik senang, sedih, haru, dan lain sebagainya.

Berikut ini merupakan contoh puisi dengan berbagai tema.

1. Dari Purnama

Aku masih bercahaya
Jangan banyak terluka
Hati dan suara-suaranya
Menjangkau gelap terangku
Heningmu sungguh dalam
Tuanku, kau patut bahagia
Agar aku juga sempurna bercahaya
Tuanku, kau telah banyak berpura-pura
Aku mengerti apa yang dirasa

Baiknya telah memendam keluh,
buruknya kau tak jujur

Tuanku, aku masih di sini
Aku menemani, sungguh aku menemani
Hanya pandangan dan genggaman yang jauh

Bahwa keindahan tak harus selalu didekati pun dimiliki.
Kau lihat aku bukan?
Sambut senyum di pagi
Senyumku di malam
Sambut sedih di pagi
Menangisku di malam

Aku sendiri, dan tetap menerangi
Mendampingi, juga mengiringi.
Maka tersenyumlah tuan.


2. Senja di Perantauan

Dinding api menjulang tinggi
Kaki kaki mencengkram bumi
Menembus ancala mencakar bumantara
Deru roda menerkam suasana
Dedaunan tak ada bayang
Cahaya tidak dari kumbang
Wewangi bukan lah kembang
Ku lepas pandang pada asap terbang,
Hitam, kejam menutup awan mencipta temaram
Mentari perlahan menepi, purnama yang mengganti
Bersama diri yang sepi, ku pandangi berkali kali
Senja hampa pada rupa kota tanpa keluarga.


3. Lukisan

Kuas menyala pada rupa semesta
Siap membuka kata tiap goresan yang bermakna
Memberi rasa agar sampai pada pembaca
Sesekali menilik untuk mengulik
Mencipta apik pada sambungan titik
Menari, menyelami luka buana
Tidak menerka tapi juga menyapa
Perlahan dengan tatap yang tenang
Isyarat dan pesan tergapai
Tanpa suara hanya sahaja untuk sebuah karya
Persembahan tinta bercampur warna.


4. Hujan Hari Ini

Bergeming, menatap angin menutup kuping
Bersandar bersama wajah dinding
Menyapa ayar semakin buyar
Petrichor dari tanah tanpa kotor
Runtuh rintik kian menukik
Menghapus jejak tanpa jarak
Juga harap untuk hirap luka lara
Pandang yang menjalar
Sudut kota jadi sasar
Bilik besar juga kasar
Hanya akar yang mengular
Tiada batang atau kembang
Penyerap basah yang bertambah
Menolong resah agar tak parah.


5. Tenaga Nelayan

Pilau tenang penuh kenang
Menyusur rasa diatas karang
Mengarung juga mendayung
Menatap luka menembus lara
Tak harap ku merana
Biar nyawa taruhannya
Tangan terus mengayun
Kaki tetap mematung
Walau tak sekuat mercusuar
Tak segagah pendekar
Kasar badai biarlah jadi penawar
Atau nyiur sebagai penghibur
Ramuan ayu untuk aku yang siap berlalu
Bersama pasang yang garang
Juga ombak dan bayang.


6. Dendam Dalam

Cahaya amarah telah merekah
Memerah rona wajah
Sorot mata tanpa kata
Menawar rasa tak biasa
Daksa dengan gagah perkasa
Menyumbang usaha dan tenaga
Jemari menyelidik
Mencari titik untuk menampik
Siapa yang kuasa
Menerima nestapa dan lara
Atau menenggak manis racun
Yang tak memberi ampun
Luka mencipta noda
Pada atma yang sempurna
Menarik dan menghimpun perlahan
Sederet api ke relung hati.

Untaian kata oleh Alifia

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top