Bulan Ramadan dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama adalah sepuluh hari pertama yang merupakan fase rahmat dan kasih sayang Allah. Fase sepuluh hari kedua dinamakan fase maghfirah yaitu ampunan dari Allah SWT, dan fase sepuluh hari ketiga adalah fase Itqun minan Nar yaitu pembebasan dari api neraka.
Ramadan kali ini telah memasuki fase ketiga yaitu 10 hari terakhir. Fase ini menjadi sangat istimewa dan selalu menjadi malam-malam yang paling disukai Rasulullah SAW.
Dilansir dari NU Online Aisyah radhiyaallahu ‘anha mengabarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meningkatkan kualitas ibadahnya ketika Ramadhan memasuki sepertiga akhir menjelang Idul Fitri. Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” [HR Muslim no 1175]. Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan: “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” [HR Bukhari no. 2024 dan Muslim no 1174)
Selain fase yang paling disukai Rasulullah dan beliau meningkatkan ibadahanya, 10 hari terakhir bulan Ramadan juga memiliki keutamaan lain, yaitu terdapat malam Lailatul Qadar di dalamnya yang keutamaannya lebih baik dari 1000 bulan (83 tahun). Meskipun tidak ada yang bisa memastikan, karena Allah swt memang merahasiakannya. Tetapi, kita masih bisa memprediksinya melalui pendapat para ulama yang ada.
Salah satu ulama hadits terkemuka dari mazhab Syafi’i, yaitu Ibnu Hajar Al-Asqalani (1372-1449), ada banyak sekali pendapat tentang kapan terjadinya malam Lailatul Qadar. Masing-masing pendapat memiliki landasan argumennya yang kuat.
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan ada 45 pendapat soal ketetapan waktu malam Lailatul Qadar. Namun, menurut Ibnu Hajar, dari 45 pendapat itu, yang paling unggul (rajih) adalah pendapat yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada tanggal ganjil dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Jatuhnya di malam berbeda pada tiap tahunnya.
Sebagaimana Rasulullah meningkatkan ibadah beliau di 10 hari terakhir bulan Ramadan, untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar dan keutamaan lainnya, hendaknya kita juga lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT pada Ramadan fase ketiga ini, salah satu yang dapat dilakukan adalah quality time bersama Allah SWT dengan iktikaf.
Iktikaf adalah berusaha untuk fokus bersama Allah. Secara istilah biasanya iktikaf dimaknai dengan berdiam diri di masjid dalam durasi waktu tertentu untuk melakukan ibadah dan amal saleh lainnya.
Iktikaf sejatinya adalah latihan untuk bisa nyaman dan tenang bersama Allah. Iktikaf ini begitu penting karena kebanyakan manusia lebih senang bercengkarama dengan manusia, bahkan waktu begitu cepat berlalu, karena begitu menikmatinya. Tetapi ketika sedang bersama Allah, saat mendirikan shalat, berdzikir atau membaca Al-Qur’an, begitu sulit hati untuk khusyuk, kadang terasa berat dan jauh untuk bisa menikmatinya. Maka, iktikaf sejatinya latihan untuk bisa menikmati kebersamaan kita bersama Allah, quality time kita bersama Allah. Semakin sering iktikaf, semakin mudah hati untuk bisa khusyuk, bahkan menikmati setiap momen bersama Allah. Punya quality time bersama Allah akan menjadikan hidup menjadi lebih tenang dan nyaman. Bukankah Allah menegaskan bahwa hanya dengan dzikir hati akan tenang (QS Ar Ra`du 13: 28).
Iktikaf yang dilakukan pada 10 hari terakhir Ramadan merupakan upaya untuk meraih kemenangan kita dalam mengendalikan diri atas hawa nafsu dan segala hal yang merusak ibadah puasa dan ibadah lainnya selama Ramadhan. Bahkan fokus kita harus semakin ditingkatkan, salah satunya dengan melakukan iktikaf.
Selain itu, melakukan iktikaf di akhir Ramadhan adalah sebagai kesiapan rohani untuk menjemput satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Rasulullah bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari Ramadhan.” [HR Bukhari no 2020]. Dan terjadinya Lailatul Qadar di malam-malam ganjil lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam: “Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di Ramadhan.” [HR Bukhari, no 2017]. Bahkan Rasulullah juga mengajarkan doa yang dianjurkan dibaca di malam-malam Ramadhan, terutama di sepuluh hari terakhir. Doa tersebut adalah : ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” [HR Tirmidzi no 3513]
Melihat begitu pentingnya iktikaf, maka marilah kita biasakan punya quality time bersama Allah, agar hati menjadi lebih tenang dan kita bisa menikmati momen-momen bersama Allah ketika shalat, membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan ibadah lainnya. Terutama di sepuluh hari terakhir Ramadhan ini, mari kita tingkatakn durasi dan kualitas iktikaf kita, agar rohani kita siap menjemput satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Semoga kita semua diijinkan Allah untuk mendapatkan Lailatul Qadar di Ramadhan tahun ini.