Idulfitri merupakan hari raya yang dinanti umat Islam setelah melaksanakan puasa di bulan Ramadan. Dalam menyambut kedatangan Idulfitri, berbagai tradisi dilakukan oleh masyarakat Indonesia, salah satunya adalah membuat dan menyajikan ketupat. Bahkan di Jawa hadir istilah bakda kupat atau lebaran ketupat. Bakda Kupat adalah hari raya orang yang melaksanakan puasa Syawal selama enam hari, biasanya bakda kupat ini dilaksanakan pada 7 atau 8 syawal.
Melihat pengtingnya ketupat hadir dalam perayaan Idulfitri, lalu bagaimana sejarah ketupat dan makna filosofisnya?
Dilansir dari NU Online, ketupat sebenarnya sudah ada sejak zaman Hindu-Budha di Jawa. Kemudian pada tahun 1600-an, di mana Islam mulai menyebar di Jawa, Raden Mas Sahid atau yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat dengan filosofi bermakna.
Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat memiliki arti mengakui kesalahan. Hal ini menggambarkan bahwa semua manusia pasti punya kesalahan dan sebaik-baiknya orang adalah mereka yang mau mengakui kesalahannya. Sedangkan laku papat berarti empat tindakan dalam perayaan Lebaran.
Pertama, Lebaran. Ini bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
Kedua, Luberan. Istilah ini berarti meluber atau melimpah yang menjadi simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang Hari Raya Idul Fitri, selain menjadi ritual wajib bagi Muslim, juga sebagai wujud kepedulian kepada sesama manusia.
Ketiga, Leburan. Kata ini memiliki makna habis dan melebur. Maksudnya, pada momentum Lebaran, dosa dan kesahalan akan melebur dan habis karena setiap Muslim dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
Keempat, Laburan. Istilah ini berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air dan pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.
Selain makna dari nama ketupat atau kupat, komponennya ketupat juga memiliki arti tersendiri.
Berikut ini makna dari komponen ketupat.
Pertama, janur.
Janur adalah daun kelapa yang digunakan untuk membungkus ketupat. Menurut filosofis Jawa, janur merupakan kependekan dari sejatine nur yang melambangkan seluruh manusia berada dalam kondisi yang bersih dan suci setelah melaksanakan ibadah puasa.
Kedua, anyaman ketupat.
Rumitnya anyaman ketupat memiliki arti bahwa hidup manusia itu juga penuh dengan liku-liku, pasti ada kesalahan di dalamnya. Ketupat juga memiliki bentuk segi empat yang menggambarkan empat jenis nafsu dunia yaitu al amarah, yakni nafsu emosional; al lawwamah atau nafsu untuk memuaskan rasa lapar; supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah; dan mutmainah, nafsu untuk memaksa diri. Dan orang yang memakan kupat menggambarkan pula telah bisa mengendalikan keempat nafsu tersebut setelah melaksanakan ibadah puasa
Ketiga, isi ketupat yang berbahan beras.
Hal ini melambangkan harapan agar kehidupannya dipenuhi dengan kemakmuran. Selain itu saat kita membelah ketupat, kita akan menjumpai warna putih yang mencerminkan kita memohon maaf atas segala kesalahan dan juga berharap bisa seputih isi kupat tersebut.
Itulah makna filosofis ketupat, makanan khas yang tidak pernah absen dalam perayaan Idulfitri. Ini merupakan tradisi yang harus dilestarikan sebagai bagian dari syiar Islam Indonesia yang berciri khas akulturasi budaya.